Jumat, 29 Juli 2011

PROPOSAL PTKQ

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS




 


PENINGKATAN PERBENDAHARAAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS
KELAS X SMA NEGERI TULAKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
MELALUI CARA KAMUSISASI



OLEH
RONI CAHYONO,S.Pd
NIP.19750628 200701 1 008











SMA NEGERI TULAKAN
2011

1.        Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang berbicara sehingga siswa dapat :
1.         Memahami makna dalam percakapan transaksional /interpersonal resmi dalam konteks kehidupan sehari-hari
2.         Mengungkapkan makna dalam teks percakapan transaksional resmi secara akurat,lancer, dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan mengakses ilmu pengetahuan popular
Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMA Negeri Tulakan, khususnya keterampilan berbicara, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Inggrisa di sekolah yang dinilai telah gagal dalam membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus serta tidak terjadi interaksi sebagaimana mestinya di karenakan peserta didik tidak mempunyai kosa kata  ( vocabularies) yang memadai   sehingga sering terjadi misunderstanding antara maksud guru dan implementasi peserta didik, sehingga yang lazim terjadi adalah guru menterjemahkan dulu ke dalam bahasa Indonesia
Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Inggris di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa Inggris di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa Inggris, pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Inggris sesuai dengan konteks dan situasi tutur.
Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi siswa SMA. Pada umumnya, guru bahasa Inggris cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa berbicara sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional dan afektif. Ini artinya, rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.
2.        Identifikasi Masalah
Ketika seseorang dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris sudah barang tentu diperlukan kecukupan kemampuan dan penguasaan kosa kata. Hal ini sangat berpengaruh agar siswa dapat memahami makna dalam percakapan baik transaksional maupun interpersonal serta mengungkap makna dalam teks percakapan tramsaksional resmi secara akurat lancar dan berterima dalam konteks percakapan sehari – hari dalam mengakses ilmu pengetahuan.
Kurangnya kemauan Peserta Didik untuk belajar menghapal baik tulisan maupun cara membacanya adalah factor yang sangat perlu segera mendapat pemecahan.
Adapun cara mengatasinya menurut saya adalah dengan cara memaksa anak setiap jam pelajaran Bahasa Inggris untuk menghapal beberapa kosa kata bahasa Inggris.
3.        Rumusan Masalah
Dari Identifikasi Masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.         Mengapa Siswa kurang bisa memahami makna dalam percakapan transaksional /interpersonal resmi dalam konteks kehidupan sehari-hari ?
2.         Bagaimana cara agar siswa mempunyai kemauan untuk belajar menghapal Bahasa Inggris baik tulisan maupun cara membacanya ?
3.         Apakah Kamusisasi bisa meningkatkan Perbendaharaan Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa ?

4.        Pembatasan Masalah
Dalam Penelitian ini Peneliti akan membatasi Permasalahan dalam
1.      Perbendaharaan Kosa Kata yang dimaksud adalah Verb ( Kata Kerja ) baik bentuk Infinitive maupun Past Tense serta penerapannya dalam kalimat baik Present Tense maupun Past Tense
2.      Kelas sebagai Obyek Penelitian adalah Kelas X1 SMA Negeri Tulakan Tahun Pelajaran 2011/2012
3.      Kamusisasi adalah kegiatan membuat dan menginventarisir kosa kata temuan siswa sesuai dengan Kosa Kata yang diujikan
5.        Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan agar :
1.         Peserta Didik mampu memahami makna dalam percakapan transaksional /interpersonal resmi dalam konteks kehidupan sehari-hari.
2.         Mendorong Peserta Didik agar mempunyai kemauan untuk belajar menghapal Bahasa Inggris baik tulisan maupun cara membacanya
3.         Siswa mampu dan mau meningkatkan perbendaharaan kata sehingga mampu membuat mini dictionary

6.        Hipotesis Tindakan
Dengan Penelitian ini didapatkan Hipotesis bahwa
1.         Siswa kurang bisa memahami makna dalam percakapan transaksional /interpersonal resmi dalam konteks kehidupan sehari-hari karena siswa tidak mempunyai Perbendaharaan Kosa Kata yang memadai untuk melakukan percakapan maupun merespon percakapan
2.         Agar siswa mempunyai kemauan untuk belajar menghapal Bahasa Inggris baik tulisan maupun cara membacanya adalah dengan memaksa siswa memaksa anak setiap jam pelajaran Bahasa Inggris untuk menghapal beberapa kosa kata bahasa Inggris.
3.         Dengan Kamusisasi bisa meningkatkan Perbendaharaan Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa
7.        Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan siswa mempunyai pengalaman memperoleh pengalaman baru dalam menemukan sendiri kosa kata yang diperlukan secara sadar,sehingga siswa mempunyai daya ingat yang kuat terhadap kosa kata tersebut.
Selain itu dengan penelitian ini Guru dapat menemukan permasalahan siswa dan menemukan cara pemecahannya.

8.        Sumber Dana
Penelitian ini adalah Penelitian Mandiri yaitu segala biaya dalam penelitian ini di bebankan pada Peneliti

9.        Landasan Teori
Dalam Buku Penyempurnaan/Penyesuaian Kurikulum 1994 SMU ( Suplemen GBPP ), Departemen Pendidikan Nasional,Jakarta 2000 bahwa tujuan Pengajaran Bahasa Inggris tetap ditujukan pada kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang meliputi keterampilan Membaca (Reading), Menyimak (Listening), Berbicara (Speaking), dan Menulis (Writing) secara seimbang karena tujuan ini sesuai dengan kebutuhan di era globalisasi dan informasi dan penguasaan ke empat unsure kebahasaan tadi dimaksud untuk mendukung kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis.
Dalam hal ini memang Kosa Kata tidak masuk dalam matrik, tetapi perbendaharaan kosa kata tetap memberi makna terhadap kesuksesan pengajaran ke empat unsur bahasa tadi.
Dua hal yang perlu dijelaskan dalam hal ini adalah Penggunaan Bahasa dan Unsur Bahasa.
1.      Penggunaan Bahasa adalah berkenaan dengan keterampilan-keterampilan fungsional dalam bahasa
2.      Unsur-unsur bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan keterampilan-keterampilan fungsional tersebut meliputi pola kalimat, kosa kata, lafal dan ejaan
Unsur-unsur bahasa tersebut tidak disajikan/diajarkan secara terpisah melainkan terpadu dalam ungkapan Komunikatif. Dengan demikian penggunaan bahasa dan unsur bahasa disajikan bersama dalam bentuk keterampilan fungsional beserta ungkapan komunikatifnya. Kedudukan Kosa kata dalam konteks ini adalah membantu guru dalam memilih bahan ajar yang sesuai dengan tema dan penjelasannya hendaknya dirinci dengan contoh-contoh penggunaan dalam konteks yang jelas dalam tema yang telah dipilih.
Dalam Persepsi Bahasa Jawa ada satu ungkapan : witing tresno Jalaran saka Kulino, sehingga siswa harus dibiasakan dahulu dalam mengenali kosa kata dan dibiarkan siswa mencari sendiri tentang kosa kata yang diperlukan dalam percakapan nanti sehingga siswa secara sadar mau dan mampu menggunakan kosakata tersebut.

Hal ini sesuai dengan teori belajar ( Bari Djamarah, 1994: 21)
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari”

Juga sesuai dengan teori Belajar Dalyono,2006 : 104 bahwa
“Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek   dan latihan”

 Dari beberapa teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa : “ belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan 2 unsur yaitu jiwa dan raga yang dilakukan secara sadar. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan sebagai hasil dari proses belajar.

Dalam belajar kita juga mengenal ada 4 langkah dalam cara belajar yang efektif
1.      Memulai dari Masa Lalu
Dalam memulai belajar kita harus mampu :
a.      Menanyakan terhadap dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
b.      Meninjau kembali?
c.       Mempunyai akses ke informasi dari banyak sumber
d.      Menggali apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?
e.      Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik?
Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?

2.      Meneruskan ke Masa Kini
Setelah kita bisa menganalisa apa yang diperlukan dalam permulaan maka kita harus meneruskan ke Masa Kini
a.      Berminatkah anda? Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya?
b.      Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
c.       Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
d.      Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?

3.      Mempertimbangkan Proses
a.      Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
b.      Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?

4.      Buat Review
a.      Apakah kerjaan saya benar?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?
b.      Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?
             
       Dengan mengetahui metode-metode di atas diharapkan siswa ke depan mau dan mampu untuk terus mengembangkan penguasaan terhadap kosa kata sehingga mampu membuat tidak hanya Mini Dictionary bahkan bisa jadi membuat Pocket Dictionary.

       Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Inggris SMA secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya
      
Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris mencakupi komponen- kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek:
1.      mendengarkan;
2.      berbicara;
3.      membaca; dan
4.      menulis.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib dikembangkan di SMA. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan yang setara dengan aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis.
Fokus penelitian ini relevan dengan kegiatan pembelajaran aspek keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di SMA yang diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk: berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan;
negara;
1.      memahami bahasa Inggris dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
2.      menggunakan bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana, ed. 1996:144) dijelaskan bahwa berbicara adalah “berkata; bercakap; berbahasa, atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding”. Sementara itu, Tarigan (1983:15) dengan menitikberatkan pada kemampuan pembicara menyatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, seta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan, sebagai bentuk atau wujudnya, berbicara dinyatakan sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Hal senada juga dikemukakan oleh Mulgrave (1954:3-4). Dia menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Selanjutnya, dinyatakan bahwa berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk mengomunikasikan ide-ide.
Berbicara juga dipahami sebagai bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat digunakan sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan berbicara bisa dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan jeda. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan dengan bantuan mimik dan pantomimik pembicara.
Merujuk pada pendapat tersebut, keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain
Menurut Halliday (1975) siswa itu belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa untuk menggunakan bahasa di dalam cara-cara yang fungsional (Gay Su Pinnel dan Myna L. Matlin, 1989:2).
Guru yang memberi siswa kesempatan mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks akan meningkatkan pembelajaran karena mereka (guru) memberi siswa pelatihan di dalam keterampilan yang terintegrasi dengan literasi tingkat tinggi. Komunikasi adalah inti pengajaran language arts, sementara itu tugas-tugas komunikasi yang kompleks adalah inti kemahirwacanaan tingkat tinggi (high literacy).
Selanjutnya, guru yang memberi pengalaman kepada siswa dengan pembelajaran terpadu melalui lingkungan mahir literasi (literate environment) ternyata dapat meningkatkan pembelajaran karena mereka (siswa) menggunakan proses-proses yang saling berkaitan antara membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan untuk komunikasi alamiah senyatanya (authentic commmunication) (Salinger, 2001).
Standar Isi mata pelajaran Bahasa Inggris 2006 dikembangkan dengan prinsip-prinsip Communicative Approach untuk secara terintregasi mengembangkan kompetensi Pesrta Didik dalam keempat keterampilan berbahasa secara terpadu dalam rangka mengembangkan kecakapan hidup dlam arti luas dan peningkatan wawasan kebhinekaan. Materi dan tugas-tugas pembelajaran diorganisasikan dalam dua siklus pembelajaran yaitu lesan yang menekankan pada pengembangan keterampilan berbahasa lesan (listening dan speaking) dan siklus tulis yang menekankan pada pengembangan keterampilan berbahasa tulis (reading dan writing).(Eka Denis Machfutra : 2008)
Baik siklus lesan maupun siklus tulis tersusun atas empat macam kegiatan pembelajaran yaitu pembuka, pajanan terhadap bahasa target, penjelasan mengenai unsur-unsur kebahasaan dan latihan berkomunikasi menggunakan bahasa target terbimbing maupun bebas. ( Zayin Adib Muhammad : 2008)
Kegiatan-kegiatan belajar dikembangan untuk menjadikan siswa secara aktif belajar Bahasa Inggris melalui kegiatan memahami dan menggunakan Bahasa Inggris untuk mengekpresikan gagasa dan perasaan secara alami. Dalam pembelajaran, guru diharapkan bertindak sebagai fasilitator, pemberi umpan balik dan pendorong sisiwa agar berani menggunakan bahasa target untuk berkomunikasi secara akurat dan berterima.(Joko Priyana,Ph.D :2008)
10.    Metode Penelitian
Penelitian ini kami lakukan :
Tempat                             : Kelas X1 SMA N Tulakan Tahun Pelajaran 2011/2012
Waktu                               : Rabu,27 Juli 2011 – Rabu 24 Agustus 2011
Mekanisme Kerja             :
Bahasa Inggris mempunyai waktu 2 x 45 menit dalam setiap pertemuannya. Dari jumlah itu diambil 15 menit pertama, guru menyampaikan kosa kata dalam bentuk Bahasa Indonesia sedang Murid langsung menjawabnya dengan Bahasa Inggrisnya di buku masing-masing.                         Setiap pertemuan terdiri dari :
-       5 Verbs dalam bentuk 1 ( Infinitive )
-       5 Verb invinitive tadi dirubah dalam bentuk Verb 2 ( Past Tense )
-       Membuat 5 sentences dari verbs yang telah tersedia itu sesuai perintah.
-       Siswa mencocokkan sendiri dengan cara menulis jaawaban mereka di depan kelas atas kemauan sendiri.              Setelah 3 minggu (12 x 45 menit) siswa diminta maju ke depan kelas tanpa membawa buku untuk mendapatkan test lesan tentang Vocabularies yang telah ditest tuliskan di atas sehingga dalam satu bulan siswa sudah mempunyai 120 Vocabularies baru.

TABEL OBSERVASI
No
NAMA
JUMLAH  VOCABULARIES  BETUL
SCORE
CATATAN
VERB 1
VERB 2
SENTENCES



















































11.    Rencana Kegiatan
TABEL RENCANA KEGIATAN
No
Rencana kegiatan
Waktu kegiatan (pertemuan ke)
1
2
3
4
5
6
7
8
1
PERSIAPAN









Menyusun konsep pelaksanaan









Menyusun instrument









Lain-lain yang dilakukan








2
PELAKSANAAN









Menyiapkan kelas dan alat









Melakukan tindakan siklus 1









Melakukan tindakan siklus 2









Melakukan tindakan siklus 3









Melakukan tindakan siklus 4








3
PENYUSUNAN LAPORAN









Menyusun Konsep Laporan









Seminar Hasil Penelitian









Perbaikan Laporan









Penggandaan dan Pengiriman Laporan









12.    Penutup
Demikian Proposal Penelitian ini kami susun dengan harapan dengan penelitian ini :
1.      Peserta Didik mampu memahami makna dalam percakapan transaksional /interpersonal resmi dalam konteks kehidupan sehari-hari.
2.         Mendorong Peserta Didik agar mempunyai kemauan untuk belajar menghapal Bahasa Inggris baik tulisan maupun cara membacanya
3.         Siswa mampu dan mau meningkatkan perbendaharaan kata sehingga mampu membuat mini dictionary

13.    Daftar Pustaka